dithaisper.blogspot.com
Mohon Kritik dan Sarannya Untuk Kemajuan Blog Ini

Kebudayaan Kesehatan

Posted by Dithaisper 0 komentar
    dithaisper.blogspot.com
Budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua karyawan secara bersama dalam organisasi tersebut dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dalam keterlibatan karyawan tersebut dalam pekerjaan sehari-hari dari organisasi.

Budaya
adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan/berfungsi dengan baik, maka dipandang sah, karenanya dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi oleh Shein (1985-1990)

Budaya dalam arti yang luas adalah suatu keadaan akibat perilaku manusia yang secara perorangan atau kelompok, bermasyarakat dan bernegara yang dapat mempengaruhi kehidupan yang damai dan tenteram, sejahtera dalam arti bahwa semua dapat hidup sehat diatas garis kemiskinan, tidak membedakan suku, etnik, ras dan jenis kelamin, tidak mencemari dan merusak lingkungan, tidak meracuni sumberdaya alam terbaharukan dan tidak terbaharukan, yang secara demokratis menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia, memberi kebebasan untuk beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan dapat menikmati pendidikan sesuai bakat dan keinginannya oleh Bacharuddin Jusuf Habibie.
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan alam penghidupan oleh R. Soekmono.
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar oleh Antropolog Koentjaraningrat.
Kebudayaan adalah Keseluruhan cara hidup (yang merangkumi cara bertindak, berkelakuan dan berfikir) serta segala hasil kegiatan dan penciptaan yang berupa kebendaan atau kerohanian sesuatu masyarakat, tamadun, peradaban, kemajuan akal budi dan lain-lain oleh Ibid.
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897)

Mempelajari pengertian kebudayaan bukan suatu kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya batasan konsep dari berbagai literaturnya, baik yang berwujud ataupun yang abstrak yang secara jelas menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang (masyarakat). Demikian pula proses sejarah bukan hal yang mengikat, tetapi merupakan kondisi ilmu pengetahuan, agama, seni, adat istiadat, dan kehendak semua masyarakat.

Walaupun demikian, menurut Kluckhohn (1951) hampir semua antropolog Amerika setuju dengan dalil proposisi yang diajukan oleh Herkovits dalam bukunya yang berjudul Man and His works tentang teori kebudayaan yaitu:
1.       kebudayaan dapat dipelajari
2.       kebudayaan berasaal atau bersumber dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah eksistensi manusia.
3.       kebudayaan mempunyai struktur
4.       kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek
5.       kebudayaan bersifat dinamis
6.       kebudayaan mempunyai variabel
7.       kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode ilmiah
8.       kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti kesan kreatif

Pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh E.B. Taylor maupun dalil-dalil yang di kemukakan oleh Herkovits masih bersifat luas sehingga pengkajian kebudayaan sangat bervariasi. Menurut Krober dan Klukhon (1950) kebudayaan, definisinya adalah kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya
perwujudan benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh.
Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul di komunitas adalah gizi buruk pada anak. Data UNICEF tahun 2006 menunjukkan, penderita gizi buruk pada anak meningkat jumlahnya. Dari 1,8 juta jiwa pada tahun 2005 meningkat menjadi 2,3 juta jiwa pada tahun 2006. Ini menggambarkan bahwa tingkat kehidupan masyarakat saat ini masih di bawah garis kemiskinan. (Nurhamidah, 2008)

Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.

Pengurangan jumlah penderita malnutrisi menjadi salah satu target Tujuan Perkembangan Milenium (Millenium Development Goals atau MDGs). Indonesia berkomitmen untuk mengurangi hingga setidaknya tinggal 18% penduduk yang mengalami malnutrisi pada tahun 2015, di mana angka tahun ini masih 28%, sementara pelaksanaan MDGs tahun ini sudah memasuki periode sepertiga terakhir. Program perbaikan gizi masyarakat dalam beberapa tahun ini sudah masuk dalam program tugas wajib Pemerintah Daerah. (Antonius Wiwan Koban, 2008)n
B. RUMUSAN MASALAH
singga saat ini masalah gizi buruk di Indonesia masih cenderung tinggi. Berbagai program kebijakan kesehatan yang dibuat oleh pemerintah seperti salah satunya pemberdayaan desa siaga, terbukti belum optimal dalam menyelesaikan persoalan gizi buruk ini. Perawat sebagai salah satu komponen tenaga kesehatan yang memiliki proporsi paling besar dibanding jumlah tenaga kesehatan yang lain, dengan disertai peran dan fungsinya yang luas termasuk di bidang komunitas, memiliki kompetensi untuk turut serta memecahkan masalah gizi buruk tersebut. Melalui pendekatan keluarga binaan, perawat komunitas atau perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan, pendidik, kolaborator, fasilitator, penemu kasus, pengelolaan pelayanan, serta advokat.
Masalah kesehatan dapat bermula dari perilaku individu, keluarga maupun maupun kelompok masyarakat dalam banyak hal, missal membuang sampah sembarangan, aktivitas di sungai dengan air tidak sehat dan lain-lain. Masalah gizi dimana pengetahuan tentang gizi masih kurang, cara pengolahan yang salah, kebiasaan makan yang berkaitan dengan pantangan dan budaya, kemampuan ekonomi yang kurang dan sebaginya. Disamping itu anggapan masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan lingkungan dan kesehatan masih rendah.

Bertitik tolak dari masalah diatas, maka keberadaan perawat kesehtan masyarakat bersama tim kesehtan lain sangat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan di tengah-tengah masyarakat. (Effendy, 1998)
C. GIZI BURUK
1. Pengertian

Gizi buruk adalah keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) berada di bawah garis merah atau berat badan (BB)/umur-3 SD standar WHO-NCHS.

Atau diartikan juga sebagai anak yang berat badan (BB)/umur-3 SD dan mempunyai tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, marasmik-kwashiorkor).

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.
Budaya Kebiasaan

Faktor social budaya dapat juga menjadi faktor penyebab gizi buruk dimana adanya pantangan mengkonsumsi makanan tertentu, seperti anak tidak boleh makan ikan karena takut kecacingan. (Astuti Yuni Nursasi, inna-ppni.or.id.)

Budaya patriarkhi yang masih kental di Indonesia. Contohnya, di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menjadi daerah tertinggi gizi buruk, pemenuhan gizi anak dinomordu-akan dibanding ayah. Hal itu disampaikan oleh Sri Sudaryati Nasar, penyebab terjadinya gizi buruk bukan hanya kemiskinan, terutama di daerah terpencil, namun lebih karena faktor budaya. Namun, selama ada angka kemiskinan maka akan tetap ada kasus gizi buruk.
4. Dampak Gizi Buruk

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi yang kurang. Kekurangan gizi secara umum menyebabkan gangguan pada pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, dan perilaku.

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok

b. Produksi tenaga

Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas,dan merasa lemas

c. Pertahanan tubuh

Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek dan diare

d. Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada anak adapt berpengaruh terhadap perkembangan mental. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen seperti perkembangan IQ dan motorik yang terhambat

e. Perilaku
Gizi Buruk dan Permasalahannya
Salah satu masalah kesehatan di masyarakat yang masih menunjukkan angka kejadian yang tinggi adalah masalah gizi buruk. Gizi buruk adalah keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) berada di bawah garis merah atau berat badan (BB)/umur-3 SD standar WHO-NCHS.

Sehingga dapat diartikan bahwa, seorang anak dikatakan menderita gizi buruk jika berat badan (BB)/umur -3 SD. Sementara gizi buruk pada anak dibedakan menjadi 3, yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor. Meskipun demikian, ketiganya sama-sama menjadi masalah yang penting untuk segera mendapatkan penanganan. Karena jika gizi buruk tidak teratasi maka selain mengancam kondisi anak itu sendiri, juga berpengaruh terhadap masa depan negara.

Masalah gizi buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling utama adalah kemiskinan, kemudian pendidikan, diikuti pengetahuan juga budaya kebiasaan.
Masalah gizi buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling utama adalah kemiskinan, pendidikan, pengetahuan dan budaya kebiasaan. Factor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan sulit sekali diputus, sehingga dapat dikatakan ibarat lingkaran setan.
    dithaisper.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sahabat-sahabat blogger sudah menyempatkan diri untuk berkunjung di blog saya.

Silahkan sahabat-sahabat tinggalkan jejak pada kotak komentar di bawah ini.

Jadilah Komentator yang baik.

Komentar yang mengandung spam akan saya hapus.

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda